Oleh Dita Kurniawati, S. Pd.Gr

Mengajarkan Pendidikan Pancasila, khususnya pada materi keberagaman dan Bhinneka Tunggal Ika, memegang peran penting dalam membentuk karakter peserta didik sejak usia dini. Salah satunya adalah melalui tema “Aku dan Teman-temanku” pada Bab 1, yang bertujuan untuk mengenalkan peserta didik pada keberagaman di sekitar mereka, seperti hobi, ciri fisik, agama, kepercayaan, dan simbol-simbol agama. Dalam praktiknya, guru menghadapi berbagai tantangan dalam mengajarkan materi ini, dan perlu menerapkan strategi yang efektif untuk memastikan tujuan pembelajaran tercapai. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah teknik STAR (Stop, Think, Act, Reflect), yang membantu siswa memahami dan menghargai keberagaman secara sistematis dan terstruktur.

Tantangan pertama yang sering dihadapi guru adalah minimnya pemahaman awal peserta didik mengenai konsep keberagaman. Siswa kelas 2 SD mungkin belum sepenuhnya mengerti apa itu keberagaman, sehingga guru perlu memberikan contoh konkret yang mudah dipahami. Misalnya, dengan bercerita tentang berbagai jenis hobi yang dimiliki teman-teman atau menjelaskan perbedaan fisik yang ada di kelas. Hal ini membantu siswa untuk lebih mudah mengenali dan memahami keberagaman yang ada di lingkungan sekitar mereka. Selain itu, ada potensi diskriminasi atau stereotip yang mungkin sudah terbentuk di benak siswa, mengingat pengaruh lingkungan sosial yang mereka terima. Guru perlu menciptakan suasana yang penuh penghargaan, mengajarkan bahwa setiap orang unik dengan kelebihan masing-masing, dan penting untuk saling mendukung serta menghormati perbedaan yang ada.

Mengajarkan simbol-simbol agama juga menjadi tantangan tersendiri. Beberapa siswa mungkin merasa bingung atau tidak nyaman dengan perbedaan simbol agama yang ada. Oleh karena itu, guru perlu menyampaikan pesan bahwa meskipun simbol agama bisa berbeda-beda, yang terpenting adalah saling menghargai dan menerima perbedaan tersebut dengan penuh kasih sayang. Dukungan dari lingkungan sekitar juga menjadi faktor penting. Tidak semua siswa mendapatkan dukungan yang cukup di rumah terkait pentingnya menghargai keberagaman. Dalam hal ini, guru dapat memberikan contoh langsung dan penguatan nilai keberagaman yang konsisten di sekolah, sehingga siswa merasa dihargai dan belajar untuk menghargai orang lain.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, guru dapat menggunakan teknik STAR dalam proses pembelajaran. Pada tahap pertama, Situasi, guru dapat mengajak siswa untuk mengamati keberagaman di sekitar mereka, baik di rumah maupun di sekolah. Contohnya, guru bisa meminta siswa untuk menyebutkan berbagai hobi atau ciri fisik teman-teman di kelas yang berbeda-beda. Pada tahap Tantangan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir lebih dalam mengenai pentingnya keberagaman dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Bagaimana perasaanmu jika semua orang memiliki hobi dan penampilan yang sama?” atau “Apa yang akan hilang dari dunia kita?” Guru juga dapat mengajak siswa berdiskusi tentang manfaat keberagaman dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, pada tahap Aksi, guru melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas kreatif, seperti membuat poster yang menggambarkan keberagaman teman-teman di kelas atau bermain peran untuk merasakan bagaimana berinteraksi dalam situasi yang berbeda. Aktivitas ini bertujuan untuk mempraktikkan toleransi dan saling menghargai. Setelah kegiatan, pada tahap Refleksi, guru mengajak siswa untuk merefleksikan pelajaran yang telah mereka terima. Misalnya, dengan bertanya, “Apa yang kalian pelajari tentang pentingnya keberagaman?” atau “Bagaimana cara kalian menunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan di kehidupan sehari-hari?” Hal ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berbagi cara mereka mengaplikasikan nilai keberagaman di rumah atau di sekolah.

Dalam proses pembelajaran ini, guru juga dapat menerapkan beberapa strategi seperti Observasi Aktif, di mana guru mengajukan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa yang memiliki hobi berbeda denganmu?” atau “Ada teman yang hobinya tidak sama denganmu?” Kemudian, siswa diberikan waktu untuk berdiskusi dan saling bercerita tentang hobi mereka, sehingga mereka dapat mengenal keberagaman yang ada di kelas mereka. Selain itu, guru bisa memberikan Contoh Nyata berupa cerita yang mudah dipahami, seperti cerita tentang teman-teman di sekolah yang memiliki hobi yang berbeda atau cerita tentang keberagaman suku dan budaya di Indonesia.

Untuk mendorong siswa berpikir lebih dalam, guru bisa mengajukan Pertanyaan Berpikir Sederhana, seperti “Kenapa kita harus menghargai teman yang berbeda dengan kita?” atau “Apa yang terjadi jika semua orang di dunia ini sama?” Selain itu, guru juga perlu memberikan Waktu yang Cukup bagi siswa untuk berpikir dan menjawab pertanyaan dengan jujur, tanpa terburu-buru. Dengan waktu yang cukup, siswa akan lebih mampu memahami makna keberagaman dan bagaimana menghargainya dalam kehidupan sehari-hari.

Penilaian sikap dalam pembelajaran ini juga sangat penting. Beberapa indikator sikap yang perlu diperhatikan adalah Sikap Menghargai Perbedaan, di mana guru mengamati bagaimana siswa berinteraksi dengan teman yang memiliki perbedaan, seperti hobi, penampilan, atau cara berpikir. Sikap Empati dan Toleransi juga perlu dinilai, dengan memperhatikan apakah siswa memperlakukan teman dengan baik meskipun mereka memiliki pendapat atau kebiasaan yang berbeda. Selain itu, sikap Terbuka untuk Belajar dan Bersama dalam Kegiatan Kelompok juga penting, di mana siswa diharapkan untuk bekerja sama, mendengarkan pendapat teman, dan menghargai perbedaan yang ada.

Mengajar Pendidikan Pancasila dengan tema keberagaman memerlukan kreativitas dan empati guru. Dengan pendekatan yang tepat, seperti teknik STAR dan strategi yang relevan, guru dapat membantu siswa memahami bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dihargai. Penilaian sikap yang terstruktur juga membantu guru dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran secara menyeluruh dan memberikan umpan balik yang bermanfaat untuk perkembangan karakter siswa.